latest Post

C e r m i n : Menghormati Secara Wajar

JIKA ada di antara kita yang bertemu dengan para pejabat atau bos, maka akan bersikap bagaimanakah kita? Apakah bersikap menyanjungnya. Atau bersikap menghormati secara layak atau takut sama sekali.

Paling tidak itulah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kita. Bahwa banyak di antara kita yang lebih takut kepada penguasa daripada kepada Allah. Mereka menghormati para penguasa secara berlebih-lebihan, bahkan terkadang mengkultuskan dan memujanya, seolah-olah dialah yang memberikan makan anak cucu kita.

Dalam persoalan ini, saya lebih sependapat dengan orang yang menghormati siapa saja. Artinya, ia tidak melihat seseorang itu punya jabatan atau tidak. Kalau mereka lebih tua dari kita, patut kita hormati. Kalau mereka mengajarkan sesuatu kepada kita, patut juga dihormati, kalau mereka juga menghormati kita juga patut dihormati. Lalu jika mereka tidak menghormati kita apakah patut kita tidak menghormatinya? Dalam konteks ini Nabi Muhammad memberi contoh akan akhlaknya yang luar biasa. Ia selalu menghormati orang lain, walaupun terkadang orang tersebut tidak menghormatinya.


Tidak ada yang salah dalam penghormatan jika dilakukan secara wajar. Bukan sebaliknya, menghornati seseorang secara berlebih-lebihan, akibatnya akan muncul rasa ‘membesarkan’ diri orang lain daripada membesarkan Allah. Karena, bila saja dihati kecil kita, membesarkan orang lain, maka tentu akan muncul syirik.

Konteks inilah yang harus disadari. Oleh karena itu, ketika kita hendak menghadap Allah (salat), maka takbiratul ihram, merupakan awal di mana segala pemikiran dunia kita harus dihilangkan. Kalimat Allahu akbar (Allah maha besar) harus terpatri dalam jiwa kita hanya Allahlah yang besar, baik zat-maupun kekuasaan-Nya. Ialah yang mengatur alam ini, sementara mereka yang menjadi pemimpin hanya mendapat amanah untuk memimpin itu pun sementara. Maka jangan berlebihan menghormati mereka, tetapi menghormatilah secara wajar.

Seorang pemimpin harus mampu menempatkan dirinya. Pemimpin di sini tidak hanya dalam konteks pimpinan negara saja, pemimpin bisa jadi sebagai pemimpin sebuah rumah tangga (suami), pemimpin perusahaan (bos) atau pemimpin sebuah organisasi (ketua).

Jangan merasa mentang-mentang, artinya ketika tampuk kekuasaan ada padanya, maka ia menganggap dirinya harus dihormati, sementara jika ia merasa tidak dihormati, maka timbul rasa bahwa orang tersebut ingin menjatuhkannya.

Padahal belum tentu. Banyak orang yang menjilat-jilat pemimpinnya. Apa yang dikatakan pemimpinnya dianggap bagus dan baik. Padahal tidak. Karena boleh jadi apa yang dikatakan pemimpin itu tidak semuanya benar. Sebagai bawahan menyadarkan pemimpin kita agar ia sadar bahwa apa yang dilakukannya salah. Jika ada bawahan seperti ini, bawahan ini bukan membawa kita kepada kemaslahatan dunia dan akhirat tetapi sebaliknya menjerumuskan kita dunia dan akhirat.

Sikap menghormati berlebihan tidaklah boleh, begitu juga sikap takut berlebihan juga tidak boleh. Yang dianjurkan adalah menghormati secara wajar. Jika pemimpin salah diingatkan, dan jika ia benar didukung. Inilah bawahan yang akan membawa kepada kebaikan.

Oleh karena itu, buang dalam hati kecil kita, jika tidak ada pemimpin, bos atau ketua kita tidak makan atau tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi perlu diingat mereka yang menjadi bos kita diperusahaan atau di pemerintahan bukanlah tuhan, mereka adalah orang yang menjadi jalan dari rejeki kita. Tetapi bukan mereka sebenarnya yang memberikan rejeki. Allahlah yang memberi rejeki kepada kita lewat jalan mereka. Lalu jika kita diberhentikan atau dipecat karena tidak mendukung kebijakannya yang salah akan membuat kita tidak akan mendapat rejeki. Belum tentu! Ingat Allahlah yang memberi rejeki, bukan mereka, kalau toh akhirnya kita dipecat bukan secara otomatis maka tidak ada rejeki kita, pasti ada, karena Allah telah menetapkan rejeki masing-masing makhluknya.

Oleh karena itu dalam bersikap, selalulah berpegang kepada kewajaran. Artinya, jangan selalu menyanjung-nyanjung yang akhirnya mengkultuskan seseorang. Ini tidak baik. Karena sesuatu yang wajar akan memberi nuansa yang wajar pula. Tetapi sesuatu yang dilakukan secara berlebih-lebihan akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam kehidupan ini.

About Bungzhu Zyraith

Bungzhu Zyraith
Recommended Posts × +

0 komentar:

Posting Komentar